Senin, 09 Mei 2016

Pengamatan Struktur dan Tekstur Tanah



LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH
2.Pengamatan Struktur dan Tekstur Tanah


OLEH:
NAMA           :JERLIANTI MANDA’
STAMBUK   :M1B1 15 013


 


UNIT LABORATORIUM ILMU TANAH
JURUSAN ILMU LINGKUNGAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2016
I. PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
          Tanah terdiri dari butir-butir tanah dari berbagai ukuran. Bahan tanah yang berukuran lebih dari 2 m disebut bahan kasar yaitu kerikil sampai batu, sedangkan bahan-bahan tanah yang lebih halus dapat dibedakan menjadi: Pasir dengan ukuran 2mm - 50µ, debu dengan ukuran 50µ- 2µ dan lempung dengan ukuran kurang dari 2µ. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan  lempung.
          Tekstur tanah berkaitan dengan kemampuan tanah untuk menahan air dan juga reaksi kimia tanah. Tanah-tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit untuk menahan air maupun unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur lempung mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah yang bertekstur kasar. Tanah-tanah yang bertekstur halus mempunyai kemampun menyimpan air dan hara makanan bagi tanaman.          .
Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah (taksnomi tanah) ditunjukkan dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir (lebih besar 2 mm), sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, berliat halus, dan berliat sangat halus.
Struktur merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel primer tanah (pasir, debu dan liat individual) hingga partikel – partikel sekunder (gabungan partikel – partikel primer yang disebut ped (gumpalan) yang membentuk agregat (bongkahan). struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh teksturterhadap kondisi drainase atau aerasi tanah, karena susunan antar ped atau agregat tanah akan menghasilkan ruang yang lebih besar ketimbang susunan antarpartikel primer         .
Struktur tanah memiliki peran sebagai regulator yang menyinambungkan arah pipa yang terbentuk dari berbagai ukuran pori-pori yang berinterkoneksi, stabilitas dan durabilitasnya, mengatur retensi dan pergerakan air tanah, difusi gas dari dan ke atmosfir serta berperan dalam mengontrol proferasi (pertumbuhan) akar dan perkembangannya.
Dengan adanya percobaan dalam menetapkan struktur dan tekstur tanah kita dapat memahami dan mengenali cara membandingkan antara fraksi pasir, debu dan liat berdasarkan tingkat kekasarannya, bentuk agregat, ukuran agregat dan stabilitas atau  kemantapan agregat.


C.  Tujuan dan Manfaat
1.      Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah mendeskripsikan pasir, debu, dan liat serta menetapkan tekstur tanah dengan perasaan. Dan untuk mengenali struktur tanah di lapangan, menentukan komponen penilaian secara kualitatif, meliputi bentuk agregat, ukuran agregat dan stabilitas atau kemantapan agregat.
2.      Manfaat
Kegunaan praktikum adalah sebagai bahan informasi dan merupakan bahan perbandingan antara materi kuliah dan praktikum yang dilakukan di lapangan terutama tentang struktur dan tekstur tanah.







II. TINJAUAN PUSTAKA
1.      Sifat fisik tanah
Perubahan sifat fisika yang terjadi dapat dilihat secara langsung dan ada yang
mengalami perubahan sejalan dengan waktu. Tekstur tanah pada kondisi alih fungsi
lahan hutan menjadi lahan pertanian monokultur juga ikut berubah jumlah fraksi yang
membentuk tanah. Menurut penelitian Didik Suprayogo dkk., 2004, pada kasus
perubahan lahan hutan menjadi lahan pertanian kopi monokultur, terjadi perubahan
kandungan fraksi tanah. Semula pada tanah hutan diketahui fraksi tanah berkisar dari
lempung liat berpasir hingga lempung berpasir. Setelah mengalami perubahan fungsi
lahan, tekstur tanah berubah menjadi tekstur liat. Penelitian ini bertujuan menelaah
dinamika sifat fisik tanah pada areal pengembangan tanaman kakao yang sebelumnya
merupakan kawasan hutan (Suryani,2011).
Pemanfaatan lahan kering sampai saat ini masih memerlukan perhatian khusus dan penanganan yang baik agar lahan tersebut dapat berproduksi dengan baik. Kendala utama dalam pemanfaatan lahan kering adalah sifat fisik tanah yang kurang baik dan kekurangan air tersedia bagi tanaman. Banyak lahan pertanian tidak dimanfaatkan petani karena tidak mampu menyediakan air bagi tanaman sehingga tanaman menjadi kekeringan (Endriani,2010).
Tanah merupakan media pertumbuhan tanaman yang sangat kompleks. Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi maka tidak hanya
membutuhkan unsur hara yang cukup dan seimbang, tetapi juga memerlukan lingkungan fisik, kimia dan biologi tanah yang sesuai sehingga akar tanaman dapat
berkembang dengan bebas demikian juga proses fisiologinya. Sifat fisik tanah menyangkut: berat volume tanah, berat jenis tanah, porisitas tanah, penyebaran pori dalam tanah, kemantapan agregat tanah, kelembaban tanah dan sebagainya (Putinella,2011).
            Tanah hutan, mempunyai laju infiltrasi permukaan yang tinggi dan makroporositas yang relatif banyak, sejalan dengan tingginya aktivitas biologi tanah dan turnover perakaran. Kondisi ini mempermudah air hujan yang jatuh mengalir ke dalam lapisan tanah yang lebih dalam. Alih guna lahan hutan menjadi kebun kopi diduga menjadi penyebab utama perubahan hidrologi DAS Way Besai. Perubahan
fungsi hidrologi ini diduga disebabkan oleh menurunnya makroporositas dan laju infiltrasi sebagai akibat penurunan kualitas sifat fisik tanah. Penelitian ini ditujukan untuk memahami secara kuantitatif faktor utama yang menyebabkan perubahan makroporositas tanah pasca alih guna lahan hutan menjadi kebun kopi monokultur dan dampaknya terhadap infiltrasi tanah (Suprayogo,2013)
Tanah memiliki sifat fisik, biologi maupaun kimia yang berbeda beda pada lingkungan yang berbedapula.Demikian halnya pada lahan hutan, pertanian campuran maupun pertanian monokultur.Keadaan sifat fisik tanah yang baik dapat memperbaiki lingkungan untuk perakaran tanaman dan secara tidak langsung memudahkan penyerapanhara.sehingga relative menguntungkan pertumbuhan tanaman. Tanaman secara tidak langsung dapat melindungi tanah dari kerusakan sifat fisiknya, terutama kerusakan akibat aliran permukaan. Adanya tanaman akanmenyebabkan air hujan
yang jatuh tidakmenghantampermukaan tanah melainkan terlebih dahulu ditangkap oleh tajuk daun tanaman, dan proses ini disebut intersepsi (Utomo, 1994). Besamya intersepsi hujan oleh ajuk daun tanaman juga sangat ditentukan oleh populasi dalam hal ini berhubungan dengan jumlah dan kerapatan tanaman (lebar tajuk) (Arifin,2010).                                 
2.    Tekstur tanah
Tanah berlempung adalah tanah-tanah bertekstur agak kasar, sedang dan agak halus dan mencakup kelas-kelas tekstur yang sangat luas. Tanah mengandung antara 7 sampai dengan 27 persen berat liat. Tanah golongan ini bersifat tidak terlalu lepas atau terlalu lekat atau tidak terlalu padat dan lain-lain. Kemampuan menyimpan air dan tata udara tanah ini baik. Tanah mengandung cukup fraksi liat untuk menyimpan air dan hara tanaman yang optimum (Harahap,2014).
Tanah merupakan material konstruksi yang memegang peranan penting sebagai dasar pondasi, sehingga mutlak diperlukan tanah yang memiliki kuat dukung tinggi dan penurunan yang sekecil mungkin. Oleh karena itu, diperlukan analisa kuat dukung tanah dan perancangan seksama agar tidak terjadi kegagalan struktur. Menurut Uniteted Stated Departemen of Agriculture (USDA), bedasarkan tekstur, distribusi ukuran butir dan plastisitas maka jenis tanah terdiri atas: a. Pasir : ukuran butiran antara 2,0 – 0.05 mm a. Lanau: ukuran butiran antara 0.05 – 0.002
Mm. b. Lempung: ukuran butiran < 0.002 mm (Virman,2013).
            Tekstur tanah ialah perbandingan kadar berat dari fraksi pasir, debu dan lempung. Pasir, debu dan lempung masing-masing disebut dengan zarah atau fraksi tanah, tekstur merupakan karakteristik tanah yang penting yang berhubungan dengan sifat fisik maupun kimia tanah dan secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Subroto,2010).
            Pengaruh bentuk lahan yang merupakan dataran alluvial dilihat dari tekstur tanah, pH tanah dan bahan organik yang ditemukan di lapangan yang menunjukan terjadinya pengendapan berlapis atau berulang. Pengaruh keadaan hidrologi dilihat dari warna tanah yang ditemukan di lapangan, warna tanah dari lapisan I sampai lapisan IV mempunyai kisaran warna coklat gelap, coklat gelap kekuningan, coklat gelap sangat kekelabuan daan coklat olive, menunjukan bahwa pengaruh air nyata pada lapisan tanah bawah menyebabkan warna tanah menjadi kelabu dan adanya
warna motling (karatan) pada lapisan tanah (Puturuhu,2010).
Tekstur tanah yang paling peka terhadap erosi adalah debu dan pasir sangat halus. Oleh karena itu, makin tinggi kandungan debu dalam tanah maka tanah makin peka terhadap erosi dan ini akan mempengaruhi kepekaan erosi tanah (Sitohang,2013).
3.      Struktur tanah
Struktur tanah merupakan kenampakan bentuk partikel-partikel primer tanah hingga partikel-partikel sekunder yang disebut ped (gumpalan) yang membentuk agregat(bongkah). Struktur tanah berperan sebagai regulator yang mengontrol pertumbuhan akar dan perkembangannya (Kurniawan,2011).
            Sebagai media tanam, tanah liat atau pasir kurang baik untuk pertumbuhan tanaman sehingga perlu dilakukan perbaikan struktur tanah untuk meningkatkan aerasi dan kesuburan tanah. Salah satu cara untuk memperbaiki struktur tanah yaitu dengan pemberian kompos. Pemberian kompos pada tanah liat dapat mengurangi ikatan partikel tanah sehingga strukturnya menjadi remah, sedangkan pada tanah pasir pemberian kompos dapat menambah ikatan partikel-partikel tanah sehingga dapat menahan air atau unsur hara agar tersedia di dalam tanah (Prasasti,2014).
Pengolahan tanah secara terus – menerus juga dapat menimbulkan dam­pak negatif yaitu menyebabkan terjadinya degradasi tanah yang diikuti dengan kerusakan struktur tanah, peningkatan terjadinya erosi tanah, dan penurunan kadar bahan organik tanah yang berpengaruh juga ter­hadap keberadaan biota tanah (Listyowati,2013).    
Struktur lapisan tanah pada ketebalan sedimen 0-10m tergolong kedalam pasir berkerikil keras, pasir berkerikil dan pasir berlempung keras. Lapisan tanah pada ketebalan sedimen 10-50m tergolong kedalam pasir kerikil dan pasir berlempung. Sedangkan lapisan tanah pada ketebalan >50m merupakan batuan alluvial yang tergolong tanah lembek (Martasari,2013).
Struktur tanah semua horison permukaan pada setiap pedon bersifat masif yang disebabkan oleh pengaruh penghancuran agregat saat pengolahan tanah, sementara horison bagian bawah telah memiliki struktur dengan ukuran mulai dari halus, sedang sampai kasar dengan tingkat perkembangan belum berkembang (0), lemah, dan kuat. Pada pedon PLKS lebih didominasi oleh struktur gumpal, sementara pedon PLKM lebih didominasi gumpal bersudut. Beragamnya struktur tanah ini dipengaruhi oleh kadar liat pada masing-masing pedon (Nurdin,2011).














III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu
                        Praktikum pengamatan  struktur dan tekstur tanah tersebut dilakukan pada hari sabtu tanggal 30 April 2016 sekitar pukul 09.30 – selesai dan bertempat  di Tahura nipa-nipa  Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
B.  Alat dan Bahan
Tabel 1.1 alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
No
Nama Alat
Kegunaan
1
Cangkul, Sekop
Untuk melakukan penggalian tanah
2
Parang
Untuk membuat patok
3
Meteran kain/ rol
Untuk mengukur
4
Kamera
Untuk dokumentasi
5
Jarum pentul
Untuk menahan tali raffia
6
Alat tulis
Untuk menulis hasil pengamatan


Tabel 1.2 bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
No
Nama Bahan
Kegunaan
1
Tali rapia
Sebagai penanda pada horison tanah
2
Kertas label
Untuk pemberian tanda
3
Spidol
Untuk menulis







C. Prosedur Pelaksanaan
           Prosedur kerja pada percobaan struktur dan tekstur tanah  yaitu:
1)      Menyiapkan alat dan bahan  seperti sekop dan cangkul.
2)    Menentukan lahan pengamatan serta mengukur lahan tersebut dengan panjang 2×1 meter.
3)      Menentukan penampang profil tanah.
4)      Menggali tanah sampai kedalaman batuan induk.
5)      Menghaluskan sisi penampang dan menentukan batas horison dengan     menggunakan tali raffia.
6)      Mengambil sampel tanah dari setiap horison yang telah ditentukan.
7)      Menentukan struktur tanah dan tekstur tanah dari setiap sampel yang telah diambil.
8)      Menulis hasil pengamatan.








IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
Nomor profil               : 1
 Lokasi                                    : Alang-Alang
Tabel Tekstur Tanah
No
Horison
Keterangan
1
O
pasir berlempung
2
A
lempung liat berdebu
3
E
 liat berdebu
4
B
Liat
5
R
Pasir berlempung
           
Tabel Struktur Tanah
No
Horison
Keterangan
1
O
Granular
2
A
Granular
3
E
Granular
4
B
Tiang
5
R
Kubus

Nomor Profil               : 3
Lokasi                         : Perkebunan
Tabel Tekstur Tanah
No
Horison
Keterangan
1
O
Lempung Berpasir
2
A
Lempung, Liat, Berpasih
3
E
Liat
4
B
Lempung Berliat


Tabel Struktur Tanah
No
Horison
Keterangan
1
O
Prisma Tiang
2
A
Lempeng
3
E
Bulat/Bola
4
B
Kubus

Nomor Profil   :12
Lokasi             :Hutan
 Tabel Tekstur Tanah
No
Horison
Keterangan
1
O
Lempung berpasir
2
A
Liat
3
E
 Liat
4
B
Liat
5
R
Pasir kasar
           
Tabel Struktur Tanah
No
Horison
Keterangan
1
O
Bulat
2
A
Granular
3
E
Lempeng
4
B
Prisma
5
R
Lempeng











B.     Pembahasan
            Tekstur tanah merupakan perbandingan antara fraksi pasir, debu, dan liat. Tekstur tanah ini ditentukan oleh banyaknya pori-pori yang terbentuk pada tanah. Semakin sedikit pori mikro yang terbentuk, maka tanah akan semakin padat atau liat sehingga tanah tidak poreus dan akar tanaman pun akan semakin sulit untuk menyerap unsur hara atau berpenetrasi, selain itu pertumbuhan dan perkembangan tanaman juga tidak maksimal, sehingga pada akhirnya produksi yang dihasikan oleh tanaman tersebut tidak optimal. Begitupula sebaliknya, tanah yang memiliki banyak pori-pori makroakan semakin mudah akarnya untuk berpenetrasi dan kemampuanya dalam mengikat air pun akan rendah atau poreus.
            Pada percobaan di lapangan, metode yang digunakan dalam menetapkan tekstur tanah adalah metode rasa, awalnya tanah diambil dari setiap horizon yang akan diamati kemudian dipecahkan perlahan dan dibasahi dengan air hingga lembab, lalu pijit diantara jempol dan telunjuk, gaser-geserkan jari telunjuk sambil merasakan kasar, licin dan kelengketan tanah tersebut.
            Melalui perbandingan rasa antara pasir yang ditunjukkan dengan rasa keras, debu yang ditunjukkan dengan kelicinan dan liat yang ditunjukkan dengan kelengketan pada saat praktikum, maka pada lokasi perkebunan di peroleh bahwa horizon O memiliki tekstur lempung berpasir (Sandy loam), yakni tanah memiliki partikel-partikel yang terasa komposisi pasir lebih banyak  atau dominan jika dibandingkan dengan komposisi lempung. tekstur tanah yang teridentifikasi pada penetapan tekstur tanah horizon A yaitu lempung, liat, dan berpasir sedang pada tanah horizon E memiliki tekstur liat yakni tidak memiliki campuran baik pasir maupun debu meskipun ada tetapi tidak terasa karena porsinya sangat sedikit dan terakhir horison B yaitu lempung berliat dimana lempung lebih dominan dari pada liat. Pada pengamatan struktur tanah, horison O memiliki struktur tanah dengan tipe prisma tiang, horison A memiliki struktur tanah dengan tipe Lempeng kemudian horison E memiliki struktu rtanah dengan tipe bulat/bola dan horison B memiliki struktur tanah dengan tipe kubus.
Pada lokasi hutan dengan pengamatan tekstur tanah terdapat 5 horison diantaranya horison O dengan tekstur lempung berpasir dimana lempung lebih dominan dari pasir, horison A, E dan horison B sama-sama  bertekstur liat yaitu tidak ada campuaran debu maupun pasir sedang horison R bertekstu pasir kasar. Pada pengamatan struktur tanah, horison O memiliki struktur tanah dengan tipe bulat, horison A mimiliki struktur tanah dengan tipe granular sedang horison E dan horison R sama-sama memiliki  struktur tanah dengan tipe lempeng dan horison B memiliki struktur tanah dengan tipe prisma.
 Pada lokasi alang-alang dengan pengamatan tekstur tanah terdapat 5 horison dimana diperoleh horison O dengan tekstur Pasir Berlempung, horison A dengan tekstur Lempung Liat Berdebu,  horison E dengan tekstur Liat Berdebu, dan horison B dengan tekstur Liat serta yang terakhir pada horison R dengan tekstur Pasir Berlempung. Sedangkan pada pengamatan struktur tanah terdapat 5 horison yaitu  pada horison O, horison A dan horison E sama-sama memiliki struktur tanah dengan tipe Granular dengan indikator tanah yang relatif tidak poreus, kecil dan agak bulat dan bahkan tidak terikat membentuk ped (gumpalan), dan horison B memiliki struktur tanah dengan tipe tiang serta pada horison R memiliki struktur tanah dengan tipe Kubus

















V. PENUTUP
a.      Kesimpulan
Tekstur tanah pada horizon O adalah lempung berpasir, dan horizon A adalah lempung berliat, sedangkan tekstur pada horizon E adalah liat berpasir. Struktur tanah pada semua horizon yang diamati (horizon O, A dan E) adalah berstruktur granuler.
b.      Saran
Sebaiknya pada penetapan tekstur dan struktur tanah ini tidak hanya dilakukan dengan metode feeling atau perkiraan dilapangan atau di kebun percobaan saja, akan tetapi juga dilakukan pengujian di laboratorium untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik dan hasil penetapan yang akurat.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar