LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU
TANAH
2.Pengamatan Struktur dan Tekstur
Tanah
OLEH:
NAMA :JERLIANTI
MANDA’
STAMBUK :M1B1
15 013
UNIT LABORATORIUM ILMU TANAH
JURUSAN ILMU LINGKUNGAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU
LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah
terdiri dari butir-butir tanah dari berbagai ukuran. Bahan tanah yang berukuran
lebih dari 2 m disebut bahan kasar yaitu kerikil sampai batu, sedangkan
bahan-bahan tanah yang lebih halus dapat dibedakan menjadi: Pasir dengan ukuran
2mm - 50µ, debu dengan ukuran 50µ- 2µ dan lempung dengan ukuran kurang dari 2µ.
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah berdasarkan perbandingan
banyaknya butir-butir pasir, debu dan lempung.
Tekstur
tanah berkaitan dengan kemampuan tanah untuk menahan air dan juga reaksi kimia
tanah. Tanah-tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil
sehingga sulit untuk menahan air maupun unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur
lempung mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan
menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi
kimia daripada tanah yang bertekstur kasar. Tanah-tanah yang bertekstur halus
mempunyai kemampun menyimpan air dan hara makanan bagi tanaman. .
Kasar
dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah (taksnomi tanah) ditunjukkan dalam
sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan
memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir (lebih besar 2 mm),
sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir lempung,
berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, berliat halus, dan
berliat sangat halus.
Struktur
merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel primer tanah (pasir,
debu dan liat individual) hingga partikel – partikel sekunder (gabungan
partikel – partikel primer yang disebut ped (gumpalan) yang membentuk agregat
(bongkahan). struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh teksturterhadap
kondisi drainase atau aerasi tanah, karena susunan antar ped atau agregat tanah
akan menghasilkan ruang yang lebih besar ketimbang susunan antarpartikel primer .
Struktur
tanah memiliki peran sebagai regulator yang menyinambungkan arah pipa yang
terbentuk dari berbagai ukuran pori-pori yang berinterkoneksi, stabilitas dan
durabilitasnya, mengatur retensi dan pergerakan air tanah, difusi gas dari dan
ke atmosfir serta berperan dalam mengontrol proferasi (pertumbuhan) akar dan
perkembangannya.
Dengan
adanya percobaan dalam menetapkan struktur dan tekstur tanah kita dapat
memahami dan mengenali cara membandingkan antara fraksi pasir, debu dan liat
berdasarkan tingkat kekasarannya, bentuk agregat, ukuran agregat dan stabilitas
atau kemantapan agregat.
C. Tujuan dan Manfaat
1.
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah mendeskripsikan pasir, debu, dan
liat serta menetapkan tekstur tanah dengan perasaan. Dan untuk mengenali
struktur tanah di lapangan, menentukan komponen penilaian secara kualitatif,
meliputi bentuk agregat, ukuran agregat dan stabilitas atau kemantapan agregat.
2.
Manfaat
Kegunaan praktikum adalah sebagai bahan informasi dan
merupakan bahan perbandingan antara materi kuliah dan praktikum yang dilakukan
di lapangan terutama tentang struktur dan tekstur tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1.
Sifat fisik tanah
Perubahan sifat fisika yang terjadi dapat dilihat
secara langsung dan ada yang
mengalami
perubahan sejalan dengan waktu. Tekstur tanah pada kondisi alih fungsi
lahan
hutan menjadi lahan pertanian monokultur juga ikut berubah jumlah fraksi yang
membentuk
tanah. Menurut penelitian Didik Suprayogo dkk., 2004, pada kasus
perubahan
lahan hutan menjadi lahan pertanian kopi monokultur, terjadi perubahan
kandungan
fraksi tanah. Semula pada tanah hutan diketahui fraksi tanah berkisar dari
lempung
liat berpasir hingga lempung berpasir. Setelah mengalami perubahan fungsi
lahan,
tekstur tanah berubah menjadi tekstur liat. Penelitian ini bertujuan menelaah
dinamika
sifat fisik tanah pada areal pengembangan tanaman kakao yang sebelumnya
merupakan kawasan hutan (Suryani,2011).
Pemanfaatan lahan kering sampai saat ini masih
memerlukan perhatian khusus dan penanganan yang baik agar lahan tersebut dapat
berproduksi dengan baik. Kendala utama dalam pemanfaatan lahan kering adalah
sifat fisik tanah yang kurang baik dan kekurangan air tersedia bagi tanaman.
Banyak lahan pertanian tidak dimanfaatkan petani karena tidak mampu menyediakan
air bagi tanaman sehingga tanaman menjadi kekeringan (Endriani,2010).
Tanah merupakan media pertumbuhan tanaman yang
sangat kompleks. Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi
maka tidak hanya
membutuhkan
unsur hara yang cukup dan seimbang, tetapi juga memerlukan lingkungan fisik,
kimia dan biologi tanah yang sesuai sehingga akar tanaman dapat
berkembang
dengan bebas demikian juga proses fisiologinya. Sifat fisik tanah menyangkut:
berat volume tanah, berat jenis tanah, porisitas tanah, penyebaran pori dalam tanah,
kemantapan agregat tanah, kelembaban tanah dan sebagainya (Putinella,2011).
Tanah hutan, mempunyai laju
infiltrasi permukaan yang tinggi dan makroporositas yang relatif banyak,
sejalan dengan tingginya aktivitas biologi tanah dan turnover perakaran.
Kondisi ini mempermudah air hujan yang jatuh mengalir ke dalam lapisan tanah
yang lebih dalam. Alih guna lahan hutan menjadi kebun kopi diduga menjadi
penyebab utama perubahan hidrologi DAS Way Besai. Perubahan
fungsi
hidrologi ini diduga disebabkan oleh menurunnya makroporositas dan laju
infiltrasi sebagai akibat penurunan kualitas sifat fisik tanah. Penelitian ini
ditujukan untuk memahami secara kuantitatif faktor utama yang menyebabkan
perubahan makroporositas tanah pasca alih guna lahan hutan menjadi kebun kopi
monokultur dan dampaknya terhadap infiltrasi tanah (Suprayogo,2013)
Tanah memiliki sifat fisik, biologi maupaun kimia
yang berbeda beda pada lingkungan yang berbedapula.Demikian halnya pada lahan
hutan, pertanian campuran maupun pertanian monokultur.Keadaan sifat fisik tanah
yang baik dapat memperbaiki lingkungan untuk perakaran tanaman dan secara tidak
langsung memudahkan penyerapanhara.sehingga relative menguntungkan pertumbuhan
tanaman. Tanaman secara tidak langsung dapat melindungi tanah dari kerusakan
sifat fisiknya, terutama kerusakan akibat aliran permukaan. Adanya tanaman
akanmenyebabkan air hujan
yang
jatuh tidakmenghantampermukaan tanah melainkan terlebih dahulu ditangkap oleh
tajuk daun tanaman, dan proses ini disebut intersepsi (Utomo, 1994). Besamya
intersepsi hujan oleh ajuk daun tanaman juga sangat ditentukan oleh populasi
dalam hal ini berhubungan dengan jumlah dan kerapatan tanaman (lebar tajuk)
(Arifin,2010).
2. Tekstur tanah
Tanah berlempung adalah tanah-tanah bertekstur agak
kasar, sedang dan agak halus dan mencakup kelas-kelas tekstur yang sangat luas.
Tanah mengandung antara 7 sampai dengan 27 persen berat liat. Tanah golongan
ini bersifat tidak terlalu lepas atau terlalu lekat atau tidak terlalu padat
dan lain-lain. Kemampuan menyimpan air dan tata udara tanah ini baik. Tanah
mengandung cukup fraksi liat untuk menyimpan air dan hara tanaman yang optimum
(Harahap,2014).
Tanah merupakan material konstruksi yang memegang peranan
penting sebagai dasar pondasi, sehingga mutlak diperlukan tanah yang memiliki
kuat dukung tinggi dan penurunan yang sekecil mungkin. Oleh karena itu, diperlukan
analisa kuat dukung tanah dan perancangan seksama agar tidak terjadi kegagalan
struktur. Menurut Uniteted Stated Departemen of Agriculture (USDA),
bedasarkan tekstur, distribusi ukuran butir dan plastisitas maka jenis tanah
terdiri atas: a. Pasir : ukuran butiran antara 2,0 – 0.05 mm a. Lanau: ukuran
butiran antara 0.05 – 0.002
Mm.
b. Lempung: ukuran butiran < 0.002 mm (Virman,2013).
Tekstur tanah ialah perbandingan
kadar berat dari fraksi pasir, debu dan lempung. Pasir, debu dan lempung
masing-masing disebut dengan zarah atau fraksi tanah, tekstur merupakan
karakteristik tanah yang penting yang berhubungan dengan sifat fisik maupun
kimia tanah dan secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman (Subroto,2010).
Pengaruh bentuk lahan yang merupakan
dataran alluvial dilihat dari tekstur tanah, pH tanah dan bahan organik yang
ditemukan di lapangan yang menunjukan terjadinya pengendapan berlapis atau berulang.
Pengaruh keadaan hidrologi dilihat dari warna tanah yang ditemukan di lapangan,
warna tanah dari lapisan I sampai lapisan IV mempunyai kisaran warna coklat
gelap, coklat gelap kekuningan, coklat gelap sangat kekelabuan daan coklat
olive, menunjukan bahwa pengaruh air nyata pada lapisan tanah bawah menyebabkan
warna tanah menjadi kelabu dan adanya
warna
motling (karatan) pada lapisan tanah (Puturuhu,2010).
Tekstur tanah yang paling peka terhadap erosi adalah
debu dan pasir sangat halus. Oleh karena itu, makin tinggi kandungan debu dalam
tanah maka tanah makin peka terhadap erosi dan ini akan mempengaruhi kepekaan
erosi tanah (Sitohang,2013).
3.
Struktur
tanah
Struktur tanah merupakan kenampakan bentuk
partikel-partikel primer tanah hingga partikel-partikel sekunder yang disebut
ped (gumpalan) yang membentuk agregat(bongkah). Struktur tanah berperan sebagai
regulator yang mengontrol pertumbuhan akar dan perkembangannya (Kurniawan,2011).
Sebagai media tanam, tanah liat atau
pasir kurang baik untuk pertumbuhan tanaman sehingga perlu dilakukan perbaikan
struktur tanah untuk meningkatkan aerasi dan kesuburan tanah. Salah satu cara
untuk memperbaiki struktur tanah yaitu dengan pemberian kompos. Pemberian
kompos pada tanah liat dapat mengurangi ikatan partikel tanah sehingga
strukturnya menjadi remah, sedangkan pada tanah pasir pemberian kompos dapat
menambah ikatan partikel-partikel tanah sehingga dapat menahan air atau unsur
hara agar tersedia di dalam tanah (Prasasti,2014).
Pengolahan
tanah secara terus – menerus juga dapat menimbulkan dampak negatif yaitu
menyebabkan terjadinya degradasi tanah yang diikuti dengan kerusakan struktur
tanah, peningkatan terjadinya erosi tanah, dan penurunan kadar bahan organik
tanah yang berpengaruh juga terhadap keberadaan biota tanah (Listyowati,2013).
Struktur lapisan tanah pada ketebalan sedimen
0-10m tergolong kedalam pasir berkerikil keras, pasir berkerikil dan pasir
berlempung keras. Lapisan tanah pada ketebalan sedimen 10-50m tergolong kedalam
pasir kerikil dan pasir berlempung. Sedangkan lapisan tanah pada ketebalan
>50m merupakan batuan alluvial yang tergolong tanah lembek (Martasari,2013).
Struktur tanah semua horison permukaan pada setiap
pedon bersifat masif yang disebabkan oleh pengaruh penghancuran agregat saat
pengolahan tanah, sementara horison bagian bawah telah memiliki struktur dengan
ukuran mulai dari halus, sedang sampai kasar dengan tingkat perkembangan belum
berkembang (0), lemah, dan kuat. Pada pedon PLKS lebih didominasi oleh struktur
gumpal, sementara pedon PLKM lebih didominasi gumpal bersudut. Beragamnya
struktur tanah ini dipengaruhi oleh kadar liat pada masing-masing pedon
(Nurdin,2011).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu
Praktikum pengamatan
struktur dan tekstur tanah tersebut dilakukan pada hari sabtu tanggal 30 April
2016 sekitar pukul 09.30 – selesai dan bertempat di Tahura nipa-nipa Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
B. Alat dan Bahan
Tabel 1.1 alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah sebagai berikut:
No
|
Nama Alat
|
Kegunaan
|
1
|
Cangkul, Sekop
|
Untuk melakukan penggalian tanah
|
2
|
Parang
|
Untuk membuat patok
|
3
|
Meteran kain/ rol
|
Untuk mengukur
|
4
|
Kamera
|
Untuk dokumentasi
|
5
|
Jarum pentul
|
Untuk menahan tali raffia
|
6
|
Alat tulis
|
Untuk menulis hasil pengamatan
|
Tabel 1.2 bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah sebagai berikut:
No
|
Nama Bahan
|
Kegunaan
|
1
|
Tali rapia
|
Sebagai penanda pada horison tanah
|
2
|
Kertas label
|
Untuk pemberian tanda
|
3
|
Spidol
|
Untuk menulis
|
C. Prosedur Pelaksanaan
Prosedur kerja pada percobaan
struktur dan tekstur tanah yaitu:
1)
Menyiapkan alat dan bahan seperti sekop dan cangkul.
2)
Menentukan lahan pengamatan serta mengukur
lahan tersebut dengan panjang 2×1 meter.
3)
Menentukan penampang profil tanah.
4)
Menggali tanah sampai kedalaman batuan
induk.
5)
Menghaluskan sisi penampang dan menentukan
batas horison dengan menggunakan tali
raffia.
6)
Mengambil sampel tanah dari setiap
horison yang telah ditentukan.
7)
Menentukan struktur tanah dan tekstur
tanah dari setiap sampel yang telah diambil.
8)
Menulis hasil pengamatan.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Nomor
profil : 1
Lokasi : Alang-Alang
Tabel Tekstur Tanah
No
|
Horison
|
Keterangan
|
1
|
O
|
pasir berlempung
|
2
|
A
|
lempung liat berdebu
|
3
|
E
|
liat berdebu
|
4
|
B
|
Liat
|
5
|
R
|
Pasir berlempung
|
Tabel Struktur Tanah
No
|
Horison
|
Keterangan
|
1
|
O
|
Granular
|
2
|
A
|
Granular
|
3
|
E
|
Granular
|
4
|
B
|
Tiang
|
5
|
R
|
Kubus
|
Nomor
Profil : 3
Lokasi : Perkebunan
Tabel Tekstur Tanah
No
|
Horison
|
Keterangan
|
1
|
O
|
Lempung
Berpasir
|
2
|
A
|
Lempung,
Liat, Berpasih
|
3
|
E
|
Liat
|
4
|
B
|
Lempung
Berliat
|
Tabel Struktur Tanah
No
|
Horison
|
Keterangan
|
1
|
O
|
Prisma
Tiang
|
2
|
A
|
Lempeng
|
3
|
E
|
Bulat/Bola
|
4
|
B
|
Kubus
|
Nomor
Profil :12
Lokasi :Hutan
Tabel
Tekstur Tanah
No
|
Horison
|
Keterangan
|
1
|
O
|
Lempung berpasir
|
2
|
A
|
Liat
|
3
|
E
|
Liat
|
4
|
B
|
Liat
|
5
|
R
|
Pasir kasar
|
Tabel Struktur Tanah
No
|
Horison
|
Keterangan
|
1
|
O
|
Bulat
|
2
|
A
|
Granular
|
3
|
E
|
Lempeng
|
4
|
B
|
Prisma
|
5
|
R
|
Lempeng
|
B.
Pembahasan
Tekstur tanah merupakan perbandingan
antara fraksi pasir, debu, dan liat. Tekstur tanah ini ditentukan oleh
banyaknya pori-pori yang terbentuk pada tanah. Semakin sedikit pori mikro yang
terbentuk, maka tanah akan semakin padat atau liat sehingga tanah tidak poreus
dan akar tanaman pun akan semakin sulit untuk menyerap unsur hara atau
berpenetrasi, selain itu pertumbuhan dan perkembangan tanaman juga tidak maksimal,
sehingga pada akhirnya produksi yang dihasikan oleh tanaman tersebut tidak
optimal. Begitupula sebaliknya, tanah yang memiliki banyak pori-pori makroakan
semakin mudah akarnya untuk berpenetrasi dan kemampuanya dalam mengikat air pun
akan rendah atau poreus.
Pada percobaan di lapangan, metode
yang digunakan dalam menetapkan tekstur tanah adalah metode rasa, awalnya tanah
diambil dari setiap horizon yang akan diamati kemudian dipecahkan perlahan dan
dibasahi dengan air hingga lembab, lalu pijit diantara jempol dan telunjuk,
gaser-geserkan jari telunjuk sambil merasakan kasar, licin dan kelengketan
tanah tersebut.
Melalui perbandingan rasa antara
pasir yang ditunjukkan dengan rasa keras, debu yang ditunjukkan dengan
kelicinan dan liat yang ditunjukkan dengan kelengketan pada saat praktikum,
maka pada lokasi perkebunan di peroleh bahwa horizon O memiliki tekstur lempung
berpasir (Sandy loam), yakni tanah memiliki partikel-partikel yang terasa
komposisi pasir lebih banyak atau
dominan jika dibandingkan dengan komposisi lempung. tekstur tanah yang
teridentifikasi pada penetapan tekstur tanah horizon A yaitu lempung, liat, dan
berpasir sedang pada tanah horizon E memiliki tekstur liat yakni tidak memiliki
campuran baik pasir maupun debu meskipun ada tetapi tidak terasa karena
porsinya sangat sedikit dan terakhir horison B yaitu lempung berliat dimana
lempung lebih dominan dari pada liat. Pada pengamatan struktur tanah, horison O
memiliki struktur tanah dengan tipe prisma tiang, horison A memiliki struktur
tanah dengan tipe Lempeng kemudian horison E memiliki struktu rtanah dengan
tipe bulat/bola dan horison B memiliki struktur tanah dengan tipe kubus.
Pada
lokasi hutan dengan pengamatan tekstur tanah terdapat 5 horison diantaranya
horison O dengan tekstur lempung berpasir dimana lempung lebih dominan dari
pasir, horison A, E dan horison B sama-sama
bertekstur liat yaitu tidak ada campuaran debu maupun pasir sedang
horison R bertekstu pasir kasar. Pada pengamatan struktur tanah, horison O memiliki
struktur tanah dengan tipe bulat, horison A mimiliki struktur tanah dengan tipe
granular sedang horison E dan horison R sama-sama memiliki struktur tanah dengan tipe lempeng dan horison
B memiliki struktur tanah dengan tipe prisma.
Pada
lokasi alang-alang dengan pengamatan tekstur tanah terdapat 5 horison dimana
diperoleh horison O dengan tekstur Pasir Berlempung, horison A dengan tekstur
Lempung Liat Berdebu, horison E dengan
tekstur Liat Berdebu, dan horison B dengan tekstur Liat serta yang terakhir
pada horison R dengan tekstur Pasir Berlempung. Sedangkan pada pengamatan
struktur tanah terdapat 5 horison yaitu
pada horison O, horison A dan horison E sama-sama memiliki struktur
tanah dengan tipe Granular dengan indikator tanah yang relatif tidak poreus,
kecil dan agak bulat dan bahkan tidak terikat membentuk ped (gumpalan), dan
horison B memiliki struktur tanah dengan tipe tiang serta pada horison R memiliki
struktur tanah dengan tipe Kubus
V.
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Tekstur
tanah pada horizon O adalah lempung berpasir, dan horizon A adalah lempung
berliat, sedangkan tekstur pada horizon E adalah liat berpasir. Struktur tanah
pada semua horizon yang diamati (horizon O, A dan E) adalah berstruktur
granuler.
b.
Saran
Sebaiknya
pada penetapan tekstur dan struktur tanah ini tidak hanya dilakukan dengan
metode feeling atau perkiraan dilapangan atau di kebun percobaan saja, akan
tetapi juga dilakukan pengujian di laboratorium untuk memperoleh pengetahuan
yang lebih baik dan hasil penetapan yang akurat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar