LAPORAN
PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH
IV.Reaksi
Tanah (pH)
OLEH:
JERLIANTI MANDA’
M1B1 15 013
UNIT
LABORATORIUM ILMU TANAH
JURUSAN
ILMU LINGKUNGAN
FAKULTAS
KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
2016
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Reaksi
tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang yang dinyatakan dengan
nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H ⁺)
didalam tanah. Makin tinggi kadar ion H ⁺ didalam tanah, semakin
masam tanah tersebut. Didalam tanh selain H ⁺ dan ion-ion lain
ditemukan pula ionOH ⁻ yang jumlahnya
berbanding terbalik dengan banyaknya H ⁺. Pada tanah-tanah yang
masam jumlah jumlah ion H ⁺ lebih tinggi dari pada
OH ⁻,
sedang pada tanah yang alkalis kandungan OH ⁻ lebih banyak dari pada
H ⁺.
Bila kandungan H ⁺ sama dengan OH ⁻
maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7.
Kemasaman
dikenal ada dua yaitu kemasaman aktif dan kemasaman potensial. kemasaman aktif
disebabkan oleh H+ dalam larutan , sedangkan kemasaman potensial
disebabkan oleh ion H+ dan Al yang terjerap pada permukaan kompleks
jerapan.
Penilaian
mengenai produktivitas atau kesuburan tanah dapat dilihat pada tiga aspek,
yaitu sifat fisik tanah, sifat kimia dan biologis tanah. Ketiga aspek ini
dapat diketahui sama penting peranannya dalam menentukan kesuburan tanah.
Apabila dari salah satu dari ketiga aspek ini rendah, sementara yang lainnya
tinggi maka produktivitas tanah yang maksimum belum dapat tercapai.
Reaksi tanah dapat dikategorikan
menjadi tiga kelas yaitu: masam, netral, dan basa. Tanah pertanian yang masam
jauh lebih luas masalahnya dari pada tanah yang memiliki sifat alkalinitas.
Tanah masam terjadi akibat tingkat pelapukan yang lanjut dan curah hujan yang
tinggi serta akibat bahan induk yang masam pada tanah podsolik yang banyak
terdapat di Indonesia, mempunyai aspek kesuburan karacunan ion-ion terutama
keracunan H+.
B.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum Reaksi Tanah
ini, yaitu untuk mengetahui tingkat pH yang terkandung dalam tiap lapisan tanah
serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Reaksi Tanah (pH).
Manfaat dari praktikum Reaksi Tanah
adalah
sebagai bahan informasi tentang tingkat kemasaman dan alkalis pada suatu tanah
sehingga dapat ditentukan cara pengelolaan yang tepat sesuai dengan tingkat pH
tanah tersebut.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Pemanfaatan kapur dan titonia atau dengan pupuk
kandang sapi mampu meningkatkan kesuburan Andisol berupa peningkatan pH
rata-rata sebanyak 0,32 satuan, N-total 0,08%, C-organik 0,79%, P-tersedia
10,25 ppm, K-dd 0,05 me/100g, Ca-dd 0,09 me/100g, Mg-dd 0,03 me/100g dan
menurunkan kandungan Al-dd dari 0,63 me/100g hingga menjadi tidak terukur bila
dibandingkan dengan perlakuan tanpa masukan apapun. Pemanfaatan titonia atau
pupuk kandang sapi pada Andisol yang dikapur mampumengurangi pemakaian NK pupuk
buatan sebanyak 50% dengan hasil berturut-turut11,423 ton/ha dan 9,365 ton/ha
yang relatif sama dengan penggunaan 100% pupuk buatan yaitu 9,469 ton/ha (Veldria.2011).
Proses reduksi merupakan proses mengkonsumsi
sejumlah ion H+ setara dengan jumlah Fe2+ atau H2S yang terbentuk. Pengaruh
penggenangan secara keseluruhan adalah meningkatkan pH tanah, pada tanah ber-pH
rendah (asam), menurunkan pH pada tanah basa dan pada tanah netral perubahan pH
yang terjadi sangat kecil, sedangkan pada tanah sulfat masam terjadi
peningkatan pH berkisar sampai pH 5. Tanah yang mempunyai pH rendah akan
meningkat pH-nya karena dibebaskannya ion OH-, bila senyawa Fe(OH)3, SO4 2-
direduksi menjadi Fe(OH)2 atau SO3 2- (Yuliana.2012).
Peningkatan pH ultisol dengan pemberian urine sapi
dikarenakan tingginya pH awal pengekstrak tersebut sehingga pH ultisol yang
umumnya masam meningkat hingga tergolong netral. Di lain sisi, pemberian air
nenas yang diketahui bereaksi masam mampu pula meningkatkan pH ultisol. Hal ini
dapat dilihat bahwa aktivitas mikroorganisme selama fermentasi dan ketika
diaplikasikan ke tanah mampu menghasilkan asam-asam organik yang berfungsi
sebagai pengkhelat ion-ion logam seperti Al (Richard,2014).
Kemasaman
tanah sangatlah mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pengaruh langsung tersebut adalah yaitu pengaruh ion hidrogen,
sedangkan pengaruh tidak langsung adalah tidak tersedianya unsur hara seperti
kalsium, aluminium, fosfor dan mempengaruhi kegiatan jasad mikroorganisme. Di
samping itu apabilah pH rendah akan menyebabkan adanya unsur Al, Fe, dan Mn
menjadi sangat larut sehingga menjadi racun bagi tanaman. Sebaliknya bila pH naik
hingga netral atau lebih tinggi, dan diikuti hujan, maka jumlah ion-ion
tersebut akan berkurang dalam larutan tanah, sehingga menyebabkan tanaman
tertentu kekurangan Fe dan Mn (T.
Nofelman, et.al, 2012).
Kemasaman tanah (pH) di Klaster
Keumala memiliki kriteria mulai dari masam sampai agak masam pada pH H2O dan
sangat masam sampai masam pada pH KCl. Kadar C-organik tanah dan N-total
keduanya memiliki kriteria sangat rendah sampai rendah. Kadar unsur hara yang
terdapat pada P tersedia termasuk dalam kriteria sangat rendah sampai rendah.
Untuk kation-kation basa (K, Na, Ca dan Mg) memiliki kriteria yang berbeda-beda
mulai dari sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi pada tiap-tiap SPL. Hal ini
membuat kejenuhan bahasa (KB) juga memiliki kriteria yang beda-beda yaitu
sangat rendah, rendah dan tinggi. Selanjutnya Kapasitas Tukar Kation mempunyai
kriteria rendah sampai tinggi namun pada kejenuhan aluminium dan salinitas
memiliki kriteria yang sangat rendah (Mizar
Liyanda,et.al,2012).
Aplikasi lumpur laut dengan sifatsifat kimia seperti
pH netral, mengandung kation basa (K, Na, Ca, Mg) yang tinggi, unsur mikro
seperti Cu, Zn, Fe, Mn, kejenuhan basa tinggi dan kapasitas pertukaran kation
rendah, dapat menyebabkan turunnya KPK gambut dan meningkatnya basa-basa yang
dicerminkan dengan peningkatan KB. Peningkatan kejenuhan basa (KB) terjadi
karena KPK menurun dan basa-basa meningkat. Penambahan kation-kation pada tanah
gambut dapat menurunkan asam-asam karboksilat dan fenolat dan menyebabkan
turunnya KPK gambut (Denah Suswati.2012).
Pada
saat tanaman jagung berumur 7 HST perlakuan yang baik dalam menurunkan pH tanah
adalah perlakuan tanpa pemberian biochar dan serasah. Namun perlakuan pemberian
kombinasi 20 t/ha biochar serasah jagung dan 40 t/ha serasah tebu yang paling
baik dalam menurukan pH tanah hingga 2.52% akan tetapi dua perlakuan tersebut
tidak berbeda nyata. Pada saat tanaman jagung berumur 35 HST perlakuan yang
baik dalam menurunkan pH tanah adalah perlakuan pemberian kombinasi 0 t /ha
biochar dan 40 t /ha serasah jagung yaitu sebesar 3.75% jika dibandingkan
dengan perlakuan tanpa pemberian biochar dan serasah. Namun perlakuan pemberian
kombinasi 20 t/ha biochar serasah jagung dan 0 t/ha serasah dapat menurunkan pH
tanah sebesar 10.86% akan tetapi dua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata (Sonia Tambunan, et all.2014).
Tanah
dengan kondisi P tersedia sangat tendah apabila tidak ada penambahan P dari
luar berupa pupuk P dapat berakibat pertumbuhan tanaman terganggu. KTK hasil
analisis juga menunjukkan hasil rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa tanah
sudah mengalami pelapukan lanjut sehingga kesuburan tanah rendah dan didukung
oleh hasil analisis pH tanah dan P tersedia. Nilai KTK rendah menyebabkan
kation-kation dalam tanah berupa K+, NH4+, Ca++ dan lain-lain mudah terlindi
akibatnya tanah miskin akan unsur hara (Any
Kusumastuti.2014).
Mengacu pada kriteria tentang potensi dan status
kerusakan tanah untuk produksi biomassa, berdasarkan nilai pH tanahnya, sebagian
besar wilayah di Kabupaten Lebong termasuk ke dalam kelas Agak Rusak (AR) dan
Potensi Rusak. Agak rusak dan potensi rusak berarti jika terjadi produksi
biomassa, apakah itu untuk pertanian, perkebunan atau hutan tanaman, akan
terjadi penurunan kualitas tanah, terutama nilai pH tanah akan menjadi lebih
masam karena terangkutnya unsur hara (mineral) dari dalam tanah sehingga
ketersediaannya menjadi berkurang. Akibatnya, tanah didominasi oleh Al dan Fe (Sukisno,K.S. Hindarto,et all.2011).
pH tanah yang telah diinokulasi dengan ektomikoriza
yang ditanami dengan beberapa bibit tanaman naik menjadi netral yang sebelumnya
diambil dari lapangan agak masam. Sementara pada nilai pH kontrol dengan yang
diinokulasi ektomikoriza menunjukkan tidak ada pengaruh perlakuan terhadap pH
tanah (Chairul, et.al, 2013).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu
Praktikum
reaksi tanah (pH), tersebut dilakukan pada hari minggu tanggal 22 Mei 2016
sekitar pukul 09.00 – selesai dan bertempat di Lab Ilmu Tanah Universitas
Halu Oleo Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
B. Alat dan Bahan
Tabel
1.1 alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
No
|
Nama Alat
|
Kegunaan
|
1
|
pH meter
|
Untuk mengukur
pH tanah.
|
2
|
Timbangan
|
Untuk
menimbang sampel tanah.
|
3
|
Labu ukur
|
Tempat
mencampur sampel tanah dengan aquades.
|
Tabel 1.2 bahan
yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
No
|
Nama Bahan
|
Kegunaan
|
1
|
Sampel tanah
|
Sebagai objek
pengamatan.
|
2
|
Tissue
|
Untuk
mengeringkan labu ukur.
|
3
|
Aquades
|
Untuk
melarutkan sampel tanah
|
C. Prosedur Kerja
1
Menimbang sampel tanah untuk tiap
lapisan sebanyak 5 gram lalu memasukkan ke dalam gelas ukur dan ditambahkan
aquadest 10 ml (rasio 1:2).
2
Mengocok selama 30 menit dengan cara manual
agar tanah dan air tercampur dengan baik.
3
Mendiamkan selama 1 menit, kemudian mengukur dengan pH
meter.
4
mencatat pH yang tampak pada pH meter
tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
No.
|
Horizon
|
Berat tanah
|
Jumlah Air
(ml)
|
Ph Tanah
|
1.
|
O
|
5
|
10 (ml)
|
4,84
|
2.
|
A
|
5
|
10 (ml)
|
5,01
|
3.
|
E
|
5
|
10 (ml)
|
5,30
|
B.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan
Reaksi Tanah (pH) diatas, seperti yang telah
kita ketahui apabila konsentrasi pH suatu tanah bersifat masam
(alkalinitas) maka pH tanah tersebut memiliki nilai dibawah 7, sedang suatu tanah
dapat dikatakan alkalis (basa) apabila tanah tersebut memiliki pH lebih dari 7.
Pentingnya pH adalah untuk
menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada tanaman yang
di sekitar pH netral, disebabkan karena pH tersebut kebanyakan unsur hara larut
dalam air. Ditinjau dari berbagai segi, tanah yang mempunyai pH antara 6-7
merupakan pH yang terbaik (netral), pada pH dibawah 7 merupakan tanah yang
masam sehingga unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi)
oleh Al sedangkan pada tanah alkalis pH-nya berkisar 8-14 tetapi unsur P juga
tidak dapat diserap oleh tanaman kareana difiksasi atau diikat oleh Ca.
Penanggulangan tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan dengan menambah kapur
pada tanah itu, sedangkan tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya
dengan cara menambah belerang.
Pada percobaan reaksi tanah (pH
tanah), digunakan berat tanah sebesar 5 gram dan diberikan jumlah air sebesar
10 ml pada masing-masing horison. Dimana pada horison O diperoleh pH tanahnya
4,84 sedangkan pada horison A diperoleh pH tanahnya sebesar 5,01 dan yang
terakhir pada horison E diperoleh pH tanahnya sebesar 5,30. Dari ketiga lapisan
tersebut memiliki pH tanah dibawah 7 dan bersifat masam (alkalinitas).
Dari beberapa lapisan tersebut,
yan memiliki nilai pH tertinggi adalah horison E yaitu 5,30 pH.. hal ini
terjadi karena bahan organik yang dikandung oleh horison E lebih banyak
daripada horison yang lain atau bahan organic pada lapisan horison E
terdekomposisi kemudian masuk kedalam lapisan dibawahnya
Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan bahwa pH suatu tanah berbeda-beda menurut perbandingan tanah dan
airnya. Pemberian air yang berbeda-beda pada suatu jenis tanah akan memberikan
pengaruh yang besar terhadap pH suatu tanah. Fak*tor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kemasaman tanah yaitu pencucian basa-basa, kejenuhan basa, sifat misel,
dan macam kation yang terserap. Mineralisasi atau dekomposisi bahan organik,
respirasi akar yang menghasilkan CO2 dan pemberian pupuk yang bereaksi masam
dalam tanah.
V.
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum
reaksi tanah (pH) dapat disimpulkan bahwa reaksi tanah pada setiap lapisan
tanah itu berbeda-beda. Dimana pada lapisan O memiliki pH 4,84 sedangkan pada
lapisan A memiliki lapisan 5,01 dan pada lapisan E memiliki pH tanah sebesar
5,30. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh banyaknya bahan organik pada setiap
lapisan tanah. Yang mempengaruhi pH tanah adalah kejenuhan basa, sifat misel,
dn macam kation yang terserap.
b.
Saran
Sebaiknya untuk praktikum
selanjutnya alat dan bahan praktikum harus tersedia lengkap, demi mempermudah
dan membantu para praktikan dalam melakukan percobaan serta menjamin kelacaran
praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Chairul.
2013. Pertumbuhanabenerapa Tanaman Untuk
Revegetasi Yang Di Nokulasi
Ektomikoriza Pada Lahan Bekas Tambang Batunara Ombilin. Universitas Andalas. Padang.
Dewi,
Yuliana E. 2012. Jenis Mineral Liat Dan
Perubahan Sifat Kimia Tanah Akibat Proses Reduksi
Dan Oksidasi Pada Lingkungan Tanah Sulfat Masam.
Universitas Hindu Indonesia. Denpasar
.
K.S.
Hindarto, Sukisno. 2011. Pemetaan Potensi
Dan Status Kerusakan Tanah Untuk Mendukung Produktifitas Biomasa Di Kabupaten
Lebong. UNIB. Banten.
Kusumastuti,
Any.2014. Dinamika P Tersedia Ph
C-Organik Dan Serapan P Nilam (Pogostemon Cablin Benth) Pada Berbagai Atas
Bahan Organik Dan Fosfat DiUltisol. Politeknik
Negeri Lampung. Bandar Lampung.
Liyanda, Mizar. 2012. Analisis Criteria Lahan Terhadap Produksi Kakao Pada Tiga Klaster Pengembanagn Di Kabupaten Pidie. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Nofelman.
T. 2013. Analisis Kesesuaian Lahan Kakao
Di Kabupaten Simeulue. Unsyiah. Darussalam
Banda Aceh.
Suswati,
Denah. 2012. Lumpur Laut Sebagai
Alternative Pengganti Kapur Untuk Meningkakan
Pruduktifitas Tanah Gambut.
Universitas Tanjungpura.
Tambunan,
Sonia. 2014. Pengaruh Aplikasi Bahan
Organic Segar Dan Biochar Terhadap
Ketersediaan P Dalam Tanah Di Lahan Kering Malang Selatan. Universitas Brawijaya. Malang.
Veldria,
Grdiva. 2011. Perann Kapur Titonia
(Tithonia Diversivolia) Dan Pupuk Kandang
Sapi Untuk Mengurangi
Pemakaian Pupuk Dalam Budidaya Jagung
(Zea May) Pada Andisol. Universitas Andalas. Padang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar