Minggu, 05 Juni 2016

laporan DDIT Reaksi Tanah (pH)



LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH
IV.Reaksi Tanah (pH)

OLEH:
JERLIANTI MANDA’
M1B1 15 013









UNIT LABORATORIUM ILMU TANAH
JURUSAN ILMU LINGKUNGAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2016

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H ) didalam tanah. Makin tinggi kadar ion H didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Didalam tanh selain H dan ion-ion lain ditemukan pula ionOH yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H . Pada tanah-tanah yang masam jumlah jumlah ion H lebih tinggi dari pada OH , sedang pada tanah yang alkalis kandungan OH lebih banyak dari pada H . Bila kandungan H sama dengan OH maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7.
Kemasaman dikenal ada dua yaitu kemasaman aktif dan kemasaman potensial. kemasaman aktif disebabkan oleh H+ dalam larutan , sedangkan kemasaman potensial disebabkan oleh ion H+ dan Al yang terjerap pada permukaan kompleks jerapan.
Penilaian mengenai produktivitas atau kesuburan tanah dapat dilihat pada tiga aspek, yaitu sifat fisik tanah, sifat kimia dan biologis tanah.  Ketiga aspek ini dapat diketahui sama penting peranannya dalam menentukan kesuburan tanah.  Apabila dari salah satu dari ketiga aspek ini rendah, sementara yang lainnya tinggi maka produktivitas tanah yang maksimum belum dapat tercapai. 
Reaksi tanah dapat dikategorikan menjadi tiga kelas yaitu: masam, netral, dan basa. Tanah pertanian yang masam jauh lebih luas masalahnya dari pada tanah yang memiliki sifat alkalinitas. Tanah masam terjadi akibat tingkat pelapukan yang lanjut dan curah hujan yang tinggi serta akibat bahan induk yang masam pada tanah podsolik yang banyak terdapat di Indonesia, mempunyai aspek kesuburan karacunan ion-ion terutama keracunan H+.
B. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum Reaksi Tanah ini, yaitu untuk mengetahui tingkat pH yang terkandung dalam tiap lapisan tanah serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Reaksi Tanah (pH).
Manfaat dari praktikum Reaksi Tanah adalah sebagai bahan informasi tentang tingkat kemasaman dan alkalis pada suatu tanah sehingga dapat ditentukan cara pengelolaan yang tepat sesuai dengan tingkat pH tanah tersebut.









                                                     
II.TINJAUAN PUSTAKA
Pemanfaatan kapur dan titonia atau dengan pupuk kandang sapi mampu meningkatkan kesuburan Andisol berupa peningkatan pH rata-rata sebanyak 0,32 satuan, N-total 0,08%, C-organik 0,79%, P-tersedia 10,25 ppm, K-dd 0,05 me/100g, Ca-dd 0,09 me/100g, Mg-dd 0,03 me/100g dan menurunkan kandungan Al-dd dari 0,63 me/100g hingga menjadi tidak terukur bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa masukan apapun. Pemanfaatan titonia atau pupuk kandang sapi pada Andisol yang dikapur mampumengurangi pemakaian NK pupuk buatan sebanyak 50% dengan hasil berturut-turut11,423 ton/ha dan 9,365 ton/ha yang relatif sama dengan penggunaan 100% pupuk buatan yaitu 9,469 ton/ha (Veldria.2011).
Proses reduksi merupakan proses mengkonsumsi sejumlah ion H+ setara dengan jumlah Fe2+ atau H2S yang terbentuk. Pengaruh penggenangan secara keseluruhan adalah meningkatkan pH tanah, pada tanah ber-pH rendah (asam), menurunkan pH pada tanah basa dan pada tanah netral perubahan pH yang terjadi sangat kecil, sedangkan pada tanah sulfat masam terjadi peningkatan pH berkisar sampai pH 5. Tanah yang mempunyai pH rendah akan meningkat pH-nya karena dibebaskannya ion OH-, bila senyawa Fe(OH)3, SO4 2- direduksi menjadi Fe(OH)2 atau SO3 2- (Yuliana.2012).
Peningkatan pH ultisol dengan pemberian urine sapi dikarenakan tingginya pH awal pengekstrak tersebut sehingga pH ultisol yang umumnya masam meningkat hingga tergolong netral. Di lain sisi, pemberian air nenas yang diketahui bereaksi masam mampu pula meningkatkan pH ultisol. Hal ini dapat dilihat bahwa aktivitas mikroorganisme selama fermentasi dan ketika diaplikasikan ke tanah mampu menghasilkan asam-asam organik yang berfungsi sebagai pengkhelat ion-ion logam seperti Al (Richard,2014).
Kemasaman tanah sangatlah mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung tersebut adalah yaitu pengaruh ion hidrogen, sedangkan pengaruh tidak langsung adalah tidak tersedianya unsur hara seperti kalsium, aluminium, fosfor dan mempengaruhi kegiatan jasad mikroorganisme. Di samping itu apabilah pH rendah akan menyebabkan adanya unsur Al, Fe, dan Mn menjadi sangat larut sehingga menjadi racun bagi tanaman. Sebaliknya bila pH naik hingga netral atau lebih tinggi, dan diikuti hujan, maka jumlah ion-ion tersebut akan berkurang dalam larutan tanah, sehingga menyebabkan tanaman tertentu kekurangan Fe dan Mn (T. Nofelman, et.al, 2012).
            Kemasaman tanah (pH) di Klaster Keumala memiliki kriteria mulai dari masam sampai agak masam pada pH H2O dan sangat masam sampai masam pada pH KCl. Kadar C-organik tanah dan N-total keduanya memiliki kriteria sangat rendah sampai rendah. Kadar unsur hara yang terdapat pada P tersedia termasuk dalam kriteria sangat rendah sampai rendah. Untuk kation-kation basa (K, Na, Ca dan Mg) memiliki kriteria yang berbeda-beda mulai dari sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi pada tiap-tiap SPL. Hal ini membuat kejenuhan bahasa (KB) juga memiliki kriteria yang beda-beda yaitu sangat rendah, rendah dan tinggi. Selanjutnya Kapasitas Tukar Kation mempunyai kriteria rendah sampai tinggi namun pada kejenuhan aluminium dan salinitas memiliki kriteria yang sangat rendah (Mizar Liyanda,et.al,2012).
Aplikasi lumpur laut dengan sifatsifat kimia seperti pH netral, mengandung kation basa (K, Na, Ca, Mg) yang tinggi, unsur mikro seperti Cu, Zn, Fe, Mn, kejenuhan basa tinggi dan kapasitas pertukaran kation rendah, dapat menyebabkan turunnya KPK gambut dan meningkatnya basa-basa yang dicerminkan dengan peningkatan KB. Peningkatan kejenuhan basa (KB) terjadi karena KPK menurun dan basa-basa meningkat. Penambahan kation-kation pada tanah gambut dapat menurunkan asam-asam karboksilat dan fenolat dan menyebabkan turunnya KPK gambut (Denah Suswati.2012).
Pada saat tanaman jagung berumur 7 HST perlakuan yang baik dalam menurunkan pH tanah adalah perlakuan tanpa pemberian biochar dan serasah. Namun perlakuan pemberian kombinasi 20 t/ha biochar serasah jagung dan 40 t/ha serasah tebu yang paling baik dalam menurukan pH tanah hingga 2.52% akan tetapi dua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. Pada saat tanaman jagung berumur 35 HST perlakuan yang baik dalam menurunkan pH tanah adalah perlakuan pemberian kombinasi 0 t /ha biochar dan 40 t /ha serasah jagung yaitu sebesar 3.75% jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian biochar dan serasah. Namun perlakuan pemberian kombinasi 20 t/ha biochar serasah jagung dan 0 t/ha serasah dapat menurunkan pH tanah sebesar 10.86% akan tetapi dua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata (Sonia Tambunan, et all.2014).
Tanah dengan kondisi P tersedia sangat tendah apabila tidak ada penambahan P dari luar berupa pupuk P dapat berakibat pertumbuhan tanaman terganggu. KTK hasil analisis juga menunjukkan hasil rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa tanah sudah mengalami pelapukan lanjut sehingga kesuburan tanah rendah dan didukung oleh hasil analisis pH tanah dan P tersedia. Nilai KTK rendah menyebabkan kation-kation dalam tanah berupa K+, NH4+, Ca++ dan lain-lain mudah terlindi akibatnya tanah miskin akan unsur hara (Any Kusumastuti.2014).
Mengacu pada kriteria tentang potensi dan status kerusakan tanah untuk produksi biomassa, berdasarkan nilai pH tanahnya, sebagian besar wilayah di Kabupaten Lebong termasuk ke dalam kelas Agak Rusak (AR) dan Potensi Rusak. Agak rusak dan potensi rusak berarti jika terjadi produksi biomassa, apakah itu untuk pertanian, perkebunan atau hutan tanaman, akan terjadi penurunan kualitas tanah, terutama nilai pH tanah akan menjadi lebih masam karena terangkutnya unsur hara (mineral) dari dalam tanah sehingga ketersediaannya menjadi berkurang. Akibatnya, tanah didominasi oleh Al dan Fe (Sukisno,K.S. Hindarto,et all.2011).
pH tanah yang telah diinokulasi dengan ektomikoriza yang ditanami dengan beberapa bibit tanaman naik menjadi netral yang sebelumnya diambil dari lapangan agak masam. Sementara pada nilai pH kontrol dengan yang diinokulasi ektomikoriza menunjukkan tidak ada pengaruh perlakuan terhadap pH tanah (Chairul, et.al, 2013).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A.    Tempat dan Waktu
Praktikum reaksi tanah (pH), tersebut dilakukan pada hari minggu tanggal 22 Mei 2016 sekitar pukul 09.00 – selesai dan bertempat  di Lab Ilmu Tanah Universitas Halu Oleo Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
B.     Alat dan Bahan
Tabel 1.1 alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
No
Nama Alat
Kegunaan
1
pH meter
Untuk mengukur pH tanah.
2
Timbangan
Untuk menimbang sampel tanah.
3
Labu  ukur
Tempat mencampur sampel tanah dengan aquades.

Tabel 1.2 bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
No
Nama Bahan
Kegunaan
1
Sampel tanah
Sebagai objek pengamatan.
2
Tissue
Untuk mengeringkan labu ukur.
3
Aquades
Untuk melarutkan sampel tanah










C.    Prosedur Kerja
1        Menimbang sampel tanah untuk tiap lapisan sebanyak 5 gram lalu memasukkan ke dalam gelas ukur dan ditambahkan aquadest 10 ml (rasio 1:2).
2         Mengocok selama 30 menit dengan cara manual agar tanah dan air tercampur dengan baik.
3        Mendiamkan  selama 1 menit, kemudian mengukur dengan pH meter.
4        mencatat pH yang tampak pada pH meter tersebut.











IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
No.
Horizon
Berat tanah
Jumlah Air (ml)
Ph Tanah
1.
O
5
10 (ml)
4,84
2.
A
5
10 (ml)
5,01
3.
E
5
10 (ml)
5,30

B.      Pembahasan
              Berdasarkan hasil pengamatan Reaksi Tanah (pH) diatas, seperti yang telah  kita ketahui apabila konsentrasi pH suatu tanah bersifat masam (alkalinitas) maka pH tanah tersebut memiliki nilai dibawah 7, sedang suatu tanah dapat dikatakan alkalis (basa) apabila tanah tersebut memiliki pH lebih dari 7.
              Pentingnya pH adalah untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada tanaman yang di sekitar pH netral, disebabkan karena pH tersebut kebanyakan unsur hara larut dalam air. Ditinjau dari berbagai segi, tanah yang mempunyai pH antara 6-7 merupakan pH yang terbaik (netral), pada pH dibawah 7 merupakan tanah yang masam sehingga unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al sedangkan pada tanah alkalis pH-nya berkisar 8-14 tetapi unsur P juga tidak dapat diserap oleh tanaman kareana difiksasi atau diikat oleh Ca. Penanggulangan tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan dengan menambah kapur pada tanah itu, sedangkan tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan cara menambah belerang. 
              Pada percobaan reaksi tanah (pH tanah), digunakan berat tanah sebesar 5 gram dan diberikan jumlah air sebesar 10 ml pada masing-masing horison. Dimana pada horison O diperoleh pH tanahnya 4,84 sedangkan pada horison A diperoleh pH tanahnya sebesar 5,01 dan yang terakhir pada horison E diperoleh pH tanahnya sebesar 5,30. Dari ketiga lapisan tersebut memiliki pH tanah dibawah 7 dan bersifat masam (alkalinitas).
              Dari beberapa lapisan tersebut, yan memiliki nilai pH tertinggi adalah horison E yaitu 5,30 pH.. hal ini terjadi karena bahan organik yang dikandung oleh horison E lebih banyak daripada horison yang lain atau bahan organic pada lapisan horison E terdekomposisi kemudian masuk kedalam lapisan dibawahnya
              Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan bahwa pH suatu tanah berbeda-beda menurut perbandingan tanah dan airnya. Pemberian air yang berbeda-beda pada suatu jenis tanah akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pH suatu tanah. Fak*tor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemasaman tanah yaitu pencucian basa-basa, kejenuhan basa, sifat misel, dan macam kation yang terserap. Mineralisasi atau dekomposisi bahan organik, respirasi akar yang menghasilkan CO2 dan pemberian pupuk yang bereaksi masam dalam tanah.



V. PENUTUP
a.      Kesimpulan
              Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum reaksi tanah (pH) dapat disimpulkan bahwa reaksi tanah pada setiap lapisan tanah itu berbeda-beda. Dimana pada lapisan O memiliki pH 4,84 sedangkan pada lapisan A memiliki lapisan 5,01 dan pada lapisan E memiliki pH tanah sebesar 5,30. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh banyaknya bahan organik pada setiap lapisan tanah. Yang mempengaruhi pH tanah adalah kejenuhan basa, sifat misel, dn macam kation yang terserap.
b.      Saran
              Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya alat dan bahan praktikum harus tersedia lengkap, demi mempermudah dan membantu para praktikan dalam melakukan percobaan serta menjamin kelacaran praktikum.






DAFTAR PUSTAKA
Chairul. 2013. Pertumbuhanabenerapa Tanaman Untuk Revegetasi Yang Di          Nokulasi Ektomikoriza Pada Lahan Bekas Tambang Batunara Ombilin.    Universitas Andalas. Padang.

Dewi, Yuliana E. 2012. Jenis Mineral Liat Dan Perubahan Sifat Kimia Tanah        Akibat Proses             Reduksi Dan Oksidasi Pada Lingkungan Tanah Sulfat            Masam. Universitas Hindu Indonesia. Denpasar
.
K.S. Hindarto, Sukisno. 2011. Pemetaan Potensi Dan Status Kerusakan Tanah      Untuk Mendukung Produktifitas Biomasa Di Kabupaten Lebong. UNIB.        Banten.

Kusumastuti, Any.2014. Dinamika P Tersedia Ph C-Organik Dan Serapan P        Nilam (Pogostemon Cablin Benth) Pada Berbagai Atas Bahan Organik   Dan Fosfat DiUltisol. Politeknik Negeri Lampung. Bandar   Lampung.

 Liyanda, Mizar. 2012. Analisis Criteria Lahan Terhadap Produksi Kakao Pada     Tiga Klaster    Pengembanagn Di Kabupaten Pidie. Universitas Syiah   Kuala. Banda Aceh.

Nofelman. T. 2013. Analisis Kesesuaian Lahan Kakao Di Kabupaten Simeulue.     Unsyiah. Darussalam Banda Aceh.

Suswati, Denah. 2012. Lumpur Laut Sebagai Alternative Pengganti Kapur Untuk   Meningkakan   Pruduktifitas Tanah Gambut. Universitas Tanjungpura.

Tambunan, Sonia. 2014. Pengaruh Aplikasi Bahan Organic Segar Dan Biochar     Terhadap Ketersediaan P Dalam Tanah Di Lahan Kering Malang Selatan.       Universitas Brawijaya. Malang.

Veldria, Grdiva. 2011. Perann Kapur Titonia (Tithonia Diversivolia) Dan Pupuk   Kandang Sapi             Untuk Mengurangi Pemakaian Pupuk Dalam Budidaya      Jagung (Zea May) Pada Andisol. Universitas Andalas. Padang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar